Catatan Perjalan Guru Penggerak -Jurnal Dwi Mingguan ke-1
Dari Tidak Tahu Menjadi Tahu
Bismillahirrahmanirrahim…
Alhamdulillah, bersyukur sekali rasanya bisa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak. Sejak mendapatkan informasi tentang guru penggerak ada keinginan besar untuk ikut, sayangnya saat itu saya sedang mengandung, jadi saya menunggu setelah lahiran. Ketika pendaftaran Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dibuka, saya akhirnya mendaftar bersama dengan dua orang teman dari sekolah yang sama. Ketika mengisi form pendaftaran dan melihat essay yang harus diisi lumayan panjang, saya menguatkan hati dan tekad bahwa ini tantangan besar yang harus di taklukkan, beruntungnya saya memiliki sedikit dasar untuk menuangkan gagasan dalam tulisan sehingga bisa mengisi jawaban dengan baik dan lulus seleksi tahap satu, dan lanjut seleksi tahap dua yaitu tahap wawancara dan simulasi mengajar.
Semangat untuk mengikuti program guru penggerak ini semata-mata adalah untuk terus belajar meningkatkan kemampuan diri sebagai seorang guru dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan, sehingga saya bisa mengetahui kurikulum dan kebijakan pendidikan secara menyeluruh.
Setelah dinyatakan lulus, Calon Guru Penggerak akan mengikuti pendidikan kurang lebih 6 bulan baik secara daring maupun luring. Hari pertama kami mengikuti Pembukaan CGP pada kamis, 20 Oktober 2022 secara daring. Ada satu hal yang semakin membuat saya bersemangat ketika Mas Mentri menyampaikan pidatonya bahwa seorang guru adalah mercusuar, Program Guru Penggerak adalah pendidikan yang lebih komprehensif untuk guru sebagai pemimpin perubahan dan penggerak transformasi.
Materi pertama yang kami pelajari sebagai calon guru penggerak adalah Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, kami disajikan tiga tulisan Ki Hadjar Dewantara terkait pemikirannya tentang pendidikan. Kami menelaah tulisan Ki Hadjar Dewantara mencoba meresapinya dan mengaitkannya dengan kondisi yang kami alami saat ini. Dasar dari pemikiran KHD yang saya temukan adalah bahwa “Maksud pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat”. Hal ini selaras dengan tujuan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa yaitu untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang oprtimal sesuai minat dan bakatnya.
Ketika membaca tulisan KHD saya rasanya seperti diingatkan kembali bahwa anak-anak itu unik, seperti yang seringa saya dapatkan di bangku kuliah. Sebagai guru Bimbingan dan Konseling kami harus betul-betul memahami itu, bahwa setiap anak berbeda dilihat dari segala sisi, latar belakang sosial ekonomi dan juga kultural, sehingga dalam upaya pengambilan keputusan kami perlu mempertimbangkan ‘keunikan’ yang dimiliki masing-masing siswa.
Intisari pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan menurut saya pendidikan merupakan tuntunan, menuntun segala kodrat yang ada pada murid. Kodrat ini adalah potensi yang dibawa anak sejak lahir dengan pendidikan murid dapat dibantu untuk menggali dan melaksanakan potensi atau kodratnya, agar bermanfaat dalam kehidupannya sebagai manusia dan masyarakat. Kebudayaan dapat dicapai dengan pendidikan, pendidikan harus terus bergerak dengan memperhatikan keberagaman, nilai-nilai kemanusiaan dan kodrat alam dan kodrat zaman. Budi pekerti baik lahir dari pendidikan dan pengalaman positif.
Proses mempelajari materi ini rasanya luar biasa sekali, bahan bacaan yang disajikan dengan gaya bahasa khas Ki Hadjar Dewantara sedikit berbeda dengan gaya bahasa di buku jaman sekarang hal ini membuat saya sedikit kesulitan namun, setelah dibaca berulang kali, berdiskusi dengan teman belajar dan fasilitator, melakukan proses elaborasi pemahaman bersama hingga melakukan demonstrasi kontekstual, akhirya materi ini bukan hanya dipahami tetapi betul-betul masuk sampai kejiwa dan bisa diingat dengan mudah.
Menurut saya mempelajari hal mendasar tentang pendidikan dan prosesnya sangat penting dan bermanfaat, dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu bahwa pendidkikan dan pembelajaran itu alangkah baiknya jika dikaitkan dengan budaya lokal, selain untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya juga bisa menumbuhkan kebudayaan itu sendiri dalam ekosistem kelas dan sekolah. Sebagai pendidi kami juga perlu melihat kembali bahwa dasarnya anak-anak itu suka bermain, dan pembelajaran itu bisa dilakukan dengan bermain.
Sebelum mempelajari modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara saya meyakini bahwa murid jaman sekarang memiliki motivasi belajar yang rendah, tidak mampu memahami materi yang kompleks, melakukan pembelajaran dengan metode ceramah dan diskusi itu sudah cukup menyenangkan padahal sebenarnya saya bisa melakukan pembelajaran yang lebih baik dan menarik, media sosial dan game online terlalu banyak mengganggu murid sehingga murid enggan untuk melakukan kegiatan positif. Saya kebanyakan menyalahkan situasi tanpa ada keinginan untuk memperbaikinya dan memulai dari diri, saya juga kerap jenuh dengan proses belajar yang monoton dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa karena minimnya fasilitas yang ada di sekolah.
Setelah mempelajari modul 1.1 saya semakin yakin bahwa setiap murid itu unik dengan latar belakang dan potensi yang berbeda, kelas bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi murid jika kita mampu mengelolanya dengan baik, tentu saja memberikan pendidikan yang berpihak pada murid. Memberikan kesempatan kepada murid untuk menggali potensi yang mereka miliki, mendukung merdeka belajar di kelas dengan berupaya menyiapkan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan murid.
Saya mulai memberikan layanan bimbingan yang berpihak pada murid melakukan upaya pendidikan yang menghamba pada murid, semata-mata membantu murid untuk menemukan dan menggali potensinya, memberikan pembelajaran dan pengalaman bermakna sehingga apa yang mereka dapatkan di kelas benar-benar bisa menumbuhkan semangat belajar. Ketika memberikan layanan bimbingan yang menyenangkan dengan games, saya merasa puas melihat siswa bisa ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka juga bisa menikmati proses pembelajaran dengan gembira karena seperti bermain-main saja, tanpa menyadari bahwa yang kami lakukan adalah belajar sambil bermain.
Upaya lain yang saya lakukan adalah, sebelum melakukan pembelajaran, saya mengajak murid untuk membaca buku terlebih dahulu, dengan tema bebas sesuai apa yang mereka sukai, setelah itu saya juga membacakan satu kisah inspiratif dan menekankan motivasi pada cerita yang saya bacakan dengan harapan siswa akan menemukan nilai-nilai positif dari kegiatan membaca.
Harapan dan semangat besar terus saya hidupkan dalam mengikuti proses pendidikan Guru Penggerak ini, untuk menjadi penggerak saya harus bergerak terlebih dahulu, memantaskan diri, meluruskan niat, belajar dan berkolaborasi sebagai wujud dari Guru Penggerak yang bermartabat.
Salam dan Bahagia
Komentar
Posting Komentar