Catatan Perjalanan Calon Guru Penggerak - Jurnal Dwi Mingguan ke-9

 Bismillahirrahmanirrahiim


Jurnal Refleksi dwi mingguan kali ini memiliki jeda cukup lama dari pekan pertama dan pekan ke dua. Pada pekan pertama tidak banyak kegiatan yang kami lakukan, namun tetap ada tagihan tugas koneksi antar materi dan aksi nyata yang menunggu untuk di selesaikan. teman-teman CGP mulai mempersiapkan diri untuk libur dan mudik lebaran. 

Pekan ke dua di mulai tanggal 2 Mei 2023 setelah libur lebaran, kegiatan pertama di mulai dengan eksplorasi konsep materi Modul 3.2 Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. matari yang disajikan tidak sebanyak dengan materi pada modul-modul sebelumnya, namun tetap berbobot. 


Pada modul ini kami belajar bagaimana berpikir dengan berlandaskan aset yang dimiliki, memanfaatkan dengan baik aset/poptensi yang dimiliki dan menjadikannya sebagai modal kekuatan untuk menjalankan sebuauh kegiatan atau perubahan. pola pikir positif dengan berdasarkan aset yang dimiliki mampu menumbuhkan semangat dan munculnya ide-ide baik ketika sedang menjalankan sebuah kegiatan atau sedang mengupayakan pengembangan sekolah. 


Kemampuan berpikir berdasarkan asset yang dimiliki diharapkan mampu diterapkan oleh setiap Calon Guru Penggerak dalam mengembangkan diri, kelas dan sekolahnya, mampu mengidentifikasi aset atau modal apa yang sebenarnya sudah ada pada diri dan memanfaatkannya dengan baik untuk memajukan program yang sedang dijalankan. 


Sebuah video juga ditampilkan yang menampilkan situasi rapat dewan guru  sebagai bahan tambahan dalam memahami bagaimana pemimpin mampu mengelola sumber daya yang dimiliki tanpa terlalu bergantung dengan orang atau institusi lain, yang menjadikan sekolah tidak mandiri dan berdaya. 

Bersama kelompok B2 kami sepakat mengidentifikasi aset-aset yang dimiliki oleh SDN 109 Lengora Pantai karena sekolah ini tergolong minim dari segala sisi. namun, karena kami ingin mempraktekkan bagaimana berpikir berbasis aset maka dengan segala keterbatasan yang dimiliki SDN 109 Lengora Pantai. 



Awal proses mengidentifikasi  aset, selalu jawaban yang muncul adalah kurang dan tidak ada, hal itu betul-betul memicu munculnya pemikiran negatif sehingga kami merasa sekolah ini betul-betul kekurangan, tapi kami kembali mengingat bahwa strategi berpikir yang harus di terapkan adalah strategi berpikir aset, selalu ada modal yang dimiliki oleh setiap sekolah meskipun pada awalnya masih kurang. setelah menggali, akhirnya kami bisa melihat apa yang terlihat kurang itu sebenarnya bisa menjadi modal, kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang mumpuni dan bersemangat berbagi aksi nyata dengan guru-guru lain di sekolah, jumlah siswa kurang lebih 32 orang siswa bisa menjadi aset yang baik, karena jumlah yang sedikit ini tentu akan memudahkan guru-guru untuk fokus membantu murid dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki, suku dan agama yang heterogen bisa menjadi contoh yang baik dalam menumbuhkan toleransi dan tenggang rasa pada murid, lokasi sekolah yang berada di daerah tambang juga menjadi aset tersendiri, halaman sekolah bisa dimanfaatkan untuk membuat kolam ikan dan kebun mini.    


Hampir tidak percaya, ternyata jika kita bisa melihat lebih dalam apa yang kita miliki, kita bisa menemukan potensi luar biasa yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, tergatung dari bagaimana kita melihat tantangan yang sedang kita hadapi, bagaimana kita melihat aset yang ada dan mengelolanya dengan baik. 


Seorang pemimpin sekolah, maupun pemimpin komunitas hrus mampu melihat aset yang dimiliki institusi yang dipimpinnya, mengelola dan berkolaborasi dengan seluruh stake holder yang terlibat agar mampu mendorong perkembangan institusi yang lebih baik kedepan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Perjalan Guru Penggerak -Jurnal Dwi Mingguan ke-1

Catatan Perjalanan Calon Guru Penggerak - Jurnal Dwimingguan ke-6